“Sepi ing pamrih rame ing gawe”. Ungkapan tersebut berasal dari bahasa Jawa yang di dalamnya mengandung pengertian bahwa orang akan mengutamakan pekerjaan yang dibebankan kepadanya tanpa memperhitungkan balas jasa “pamrih” atas hasil pekerjaanya itu. Demikian semboyan tersebut sering kita dengar bila sekelompok orang dalam masyarakat Indonesia dan khususnya di daerah-daerah pedesaan di Jawa melakukan kegiatan bekerjasama untuk suatu maksud dan tujuan tertentu, yang pelaksanaannya dilakukan dengan mengerahkan tenaga yang banyak. ( Depdikbud, 1982 : 1).
Sistem kegiatan bekerja bersama semacam itu orang-orang pun sering menyebut dengan istilah “gotong royong” yang maksudnya bekerja sama. Memang benar yang dimaksud kata “gotong royong”, kata “gotong royong” ini berasal dari kata Jawa “gotong” yang artinya memikul dan “royong” yang artinya bersama. Maka “gotong royong” bermakna bekerja sama. (Kartohadikoesoemo, 1953 : 243).
Disamping kegiatan gotong royong itu ada pula kegiatan gotong royong bersifat tolong menolong yang orang desa sering menyebutnya dengan istilah sambatan atau sambat sinambat. Kata sambatan berasal darikata sambat yang artinya “mengeluh”. Hubungannya dengan kegiatan gotong royong mempunyai pengertian kiasnya, timbul kata nyambat yang artinya “minta tolong” ; yang seterusnya dari adanya nyambat itu menimbulkan kegiatan gotong royong bersifat tolong menolong yang orang Jawa pedesaan sering menyebut dengan istilah sambatan atau sambat-sinambat (Depdikbud, 1982 : 3). Unduh
Tampilkan postingan dengan label Skripsi Sejarah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Skripsi Sejarah. Tampilkan semua postingan
Minggu, 03 Januari 2010
Rabu, 26 Maret 2008
PELAKSANAAN PROGRAM PENGEMBANGAN KECAMATAN (PPK) DI DESA WILADEG DAN DESA BEJIHARJO KECAMATAN KARANGMOJO KABUPATEN GUNUNGKIDUL
Penanggulangan kemiskinan dengan menitikberatkan pada pemberdayaan masyarakat, merupakan wujud komitmen pemerintah dalam merealisasikan kesejahteraan sosial bagi masyarakat. Secara umum tujuan umum PPK adalah mempercepat penanggulangan kemiskinan berdasarkan pengembangan kemandirian masyarakat melalui peningkatan kapasitas masyarakat dan kelembagaan dalam penyelenggaraan pembangunan desa dan atau antar desa serta peningkatan penyediaaan sarana dan prasarana sosial ekonomi sesuai dengan kebutuhan masyarakat.Unduh
Label:
Skripsi Sejarah,
Skripsi Sosial Politik,
Tesis
Sejarah Perkembangan Tradisi Sedekah Labuh di Desa Girimulyo, Kecamatan Panggang, Kabupaten Gunungkidul; 1947 – 2003
Dalam sejarah perkembangan tradisi sedekah Labuh yang merupakan bagian dari kebudayaan Legundi tampak fenomena umum, yaitu perubahan dan perkembangan. Hal itu sejalan dengan teori sejarah yang dikemukakan oleh Sartono Kartodirdjo bahwa setiap kebudayaan berlangsung di dalam waktu, dan selalu di dalam perubahan. Hidup kebudayaan tunduk pada suatu gerakan; yang lama lenyap untuk digantikan yang baru. Di situ senantiasa terjadi pembentukan, penciptaan kembali, dan pembaharuan (Sartono Kartodirdjo, 1986 : 5).
Perubahan dalam tradisi sedekah labuh di desa Girimulyo dialami misalnya pada tahun 1950-an semua dusun di desa Girimulyo melaksanakan sedekah labuh pada haru Jum'at Legi atau Senin Legi, tetapi setelah tahun 1960-an masyarakat dusun Prahu melaksanakannya pada hari Jum'at Pon dan dusun Kadisobo pada hari Jum'at Kliwon. Perubahan hari itu didasarkan pada kehendak "sing mbaurekso" (danyang penunggu desa). Perubahan juga terjadi ketika tahun 2001 sedekah labuh tidak lagi diselenggarakan di RT-RT, tetapi dilakukan secara massal di balai desa. Disamping itu sedekah labuh juga berkembang tidak saja sebagai pelaksanaan sistem religi masyarakat desa tetapi telah berkembang menjadi obyek wisata budaya dengan pernik-pernik arak-arakan gunungan labuhan, festifal seni antar dusun, pasar malam, dan pentas wayang kulit semalam suntuk.
Unduh
Perubahan dalam tradisi sedekah labuh di desa Girimulyo dialami misalnya pada tahun 1950-an semua dusun di desa Girimulyo melaksanakan sedekah labuh pada haru Jum'at Legi atau Senin Legi, tetapi setelah tahun 1960-an masyarakat dusun Prahu melaksanakannya pada hari Jum'at Pon dan dusun Kadisobo pada hari Jum'at Kliwon. Perubahan hari itu didasarkan pada kehendak "sing mbaurekso" (danyang penunggu desa). Perubahan juga terjadi ketika tahun 2001 sedekah labuh tidak lagi diselenggarakan di RT-RT, tetapi dilakukan secara massal di balai desa. Disamping itu sedekah labuh juga berkembang tidak saja sebagai pelaksanaan sistem religi masyarakat desa tetapi telah berkembang menjadi obyek wisata budaya dengan pernik-pernik arak-arakan gunungan labuhan, festifal seni antar dusun, pasar malam, dan pentas wayang kulit semalam suntuk.
Unduh
PERANAN MONUMEN YOGYA KEMBALI SEBAGAI SALAH SATU SUMBER BELAJAR DALAM RANGKA PEWARISAN NILAI-NILAI LUHUR PERJUANGAN BANGSA
Monumen Yogya Kembali sebagai salah satu sumber belajar dalam rangka pewarisan nilai-nilai luhur perjuangan bangsa untuk mencapai tujuan pendidikan nasional, terutama yang berkaitan dengan rasa cinta tanah air kepada generasi penerus. Dengan adanya monumen perjuangan bisa meningkatkan semangat kebangsaan dan kesetiakawanan sosial serta kesadaran pada sejarah bangsa dan sikap menghargai jasa pahlawannya serta berorientasi masa depan. Peristiwa “Yogya Kembali” sebagai titik awal bangsa Indonesia secara nyata bebas dari kekuasaan penjajahan Belanda perjuangan tersebut tidak melalui jalan yang mudah tetapi dengan berbagai cara baik bersenjata, diplomasi maupun perang urat saraf. Merupakan ungkapan penghargaan dan rasa terima kasih kepada para pahlawan yang telah mengorbankan jiwanya dalam merebut kembali Yogyakarta sebagai ibu kota Republik Indonesia.
Penulis ingin mengetahui mengenai sejarah perjuangan para tokoh-tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan dalam usaha pewarisan nilai-nilai luhur perjuangan bangsa. Penulis sangat menghargai atas semangat perjuangan rakyat Indonesia dalam usahanya melepaskan diri dari cengkraman penjajah dan berkeinginan untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.
Unduh
Penulis ingin mengetahui mengenai sejarah perjuangan para tokoh-tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan dalam usaha pewarisan nilai-nilai luhur perjuangan bangsa. Penulis sangat menghargai atas semangat perjuangan rakyat Indonesia dalam usahanya melepaskan diri dari cengkraman penjajah dan berkeinginan untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.
Unduh
Pengaruh Revolusi Al-Kubro Terhadap Perkembangan Politik Di Palestina Tahun 1939-1947
Dalam masa Perang Dunia I Persoalan Palestina semakin memanas dan terus berlangsung. Pada saat itu Organisasi Zionis Internasional mengalami kondisi yang sangat labil. Negara pendukung seperti Inggris berusaha mengadakan pendekatan dengan berbagai pihak guna kepentingannya di Palestina. Upaya Inggris yaitu antara tahun 1917-1948 Palestina berada di bawah penjajahan Inggris. Dalam masa inilah bangsa Palestina hidup di bawah konspirasi penjajahan Inggris yang sangat hebat. Di bawah belenggu penjajahan dan ancaman orang-orang Yahudi bangsa Palestina berusaha bangkit dengan melakukan berbagai pergerakan nasional yang dapat dibagi dalam 2 periode. Periode pertama yaitu antara tahun 1918-1929 dengan mengkonsentrasikan pergerakannya dengan perlawanan damai Vis a vis proyek Zionis. Periode kedua yaitu tahun 1929-1939 dengan mengkonsentrasikan perlawanan Jihadi yang sengit terhadap Zionisme. Pergerakan inilah yang menggugah hati rakyat Palestina untuk melakukan berbagai daya upaya untuk mempertahankan tanah Palestina dari orang-orang Zionis dan Inggris. Pada periode kedualah dimana bentuk ketidaksenangan rakyat Palestina terlihat yaitu dengan adanya Revolusi terbesar yaitu Revolusi Al-Kubro tahun 1936-1939. Unduh
Langganan:
Postingan (Atom)