Google
 

Rabu, 26 Maret 2008

Sejarah Perkembangan Tradisi Sedekah Labuh di Desa Girimulyo, Kecamatan Panggang, Kabupaten Gunungkidul; 1947 – 2003

Dalam sejarah perkembangan tradisi sedekah Labuh yang merupakan bagian dari kebudayaan Legundi tampak fenomena umum, yaitu perubahan dan perkembangan. Hal itu sejalan dengan teori sejarah yang dikemukakan oleh Sartono Kartodirdjo bahwa setiap kebudayaan berlangsung di dalam waktu, dan selalu di dalam perubahan. Hidup kebudayaan tunduk pada suatu gerakan; yang lama lenyap untuk digantikan yang baru. Di situ senantiasa terjadi pembentukan, penciptaan kembali, dan pembaharuan (Sartono Kartodirdjo, 1986 : 5).
Perubahan dalam tradisi sedekah labuh di desa Girimulyo dialami misalnya pada tahun 1950-an semua dusun di desa Girimulyo melaksanakan sedekah labuh pada haru Jum'at Legi atau Senin Legi, tetapi setelah tahun 1960-an masyarakat dusun Prahu melaksanakannya pada hari Jum'at Pon dan dusun Kadisobo pada hari Jum'at Kliwon. Perubahan hari itu didasarkan pada kehendak "sing mbaurekso" (danyang penunggu desa). Perubahan juga terjadi ketika tahun 2001 sedekah labuh tidak lagi diselenggarakan di RT-RT, tetapi dilakukan secara massal di balai desa. Disamping itu sedekah labuh juga berkembang tidak saja sebagai pelaksanaan sistem religi masyarakat desa tetapi telah berkembang menjadi obyek wisata budaya dengan pernik-pernik arak-arakan gunungan labuhan, festifal seni antar dusun, pasar malam, dan pentas wayang kulit semalam suntuk.
Unduh

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Plis, Tinggalkan Komentar