Google
 

Senin, 04 Januari 2010

JAHILIYYAH DALAM AL-QUR'AN (Studi Analisis Terhadap Tafsir Al-Azhar Karya HAMKA)

Belum pernah terjadi dalam sejarah budaya manusia ada suatu umat yang tertarik memperhatikan kitab sucinya sebagaimana masa umat Muhammad s.a.w. dan juga belum pernah didengar kitab suci manapun yang mendapat pemeliharaan, penjagaan dan penghargaan sebagaimana al-Qur'an. Al-Qur’an merupakan kalamullah yang merupakan mu'jizat, yang di sampaikan kepada Nabi Muhammad saw melalui malaikat Jibril yang ditulis dalam mushaf serta diriwayatkan secara mutawatir dan yang membacanya dinilai sebagi ibadah. Al-Qur’an diturunkan sebagai petunjuk umat manusia terutama bagi orang-orang yang beriman dan bertaqwa. Karena itu, tidaklah pantas bagi seorang muslim tidak menjadikan al-Qur’ân sebagai pedoman hidup (way of life) dalam prilaku kesehariannya.
Al
-Qur’ân sebagai petunjuk kehidupan yang direpresentasikan dengan akhlak Nabi Muhammad s.a.w. berisi pesan moral untuk mengembalikan manusia kepada derajat yang lebih tinggi di sisi Allah s.w.t. Di samping itu untuk membebaskan manusia dari berbagai belenggu politheisme dan ketidakadilan. Dimana pengakuan tuhan kepada selain Allah s.w.t. pada dasarnya adalah pengakuan aturan-aturan yang berasal dari selain Allah s.w.t. pula. Mungkin aturan-aturan itu berasal dari setan yang menjelma dalam bentuk kepentingan individu atau golongan tertentu, sehingga bila diterapkan sudah pasti akan menimbulkan ketidakadilan, penindasan, ketimpangan, tidak adanya persamaan derajat, dan sebagainya. Sebaliknya, pengakuan akan Allah s.w.t. pada hakekatnya adalah pengakuan pula terhadap syari’atnya yang bertujuan untuk kemaslahatan seluruh umat manusia, bila diterapkan keadilan, persamaan derajat, kedamaian, dan sejenisnya akan tercapai dimuka bumi ini. Hal inilah yang melatarbelakangi mengapa al-Qur’ân diturunkan dan diutusnya Nabi Muhammad s.a.w. Unduh

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Plis, Tinggalkan Komentar